Mengenang Prof. Duma Hasan Sosok Guru Besar Yang Bersahaja



Adalah sebuah kebanggan tersendiri untuk membagikan sepenggal kisah hidup beliau yang seyogyanya diwarnai dengan cinta kasih, kesederhanaan, kesetiaan, keikhlasan menolong siapapun tanpa pernah menolak, berdedikasi tinggi dalam mengajar, serta teguh dalam memegang prinsip hidup.

Jangan pernah membayangkan jika dengan sederet gelar yang beliau miliki, beliau kita sangka figur yang "untouchable" dan ekslusif. Malah sebaliknya, beliau membaur dengan siapa saja.

Prof. Duma sudah kembali ke pangkuanNya pada tanggal 31 Mei 2019. Beberapa hari sebelumnya, saya menyempatkan diri membesuk beliau di RSPTN Unhas. Saat itu saya ada di Makassar untuk mengurus ibu saya yang sudah sepuh. Tidak mudah untuk mengambil waktu menempuh perjalanan sekian kilometer ke rumah sakit tersebut. Namun tekad saya sudah bulat untuk membesuk beliau.Tak disangka itulah pertemuan yang terakhir dengan beliau. 

Saya mengerti kalau Om Duma (sapaan kami untuk beliau) perlu cukup istirahat untuk pemulihan kesehatannya. Juga Tante Sherly (isteri Om) yang juga sangat kelelahan merawat Om. Demikian pula anak-anak mereka : Vani, Sisca, dan Gerard. Waktu itu, Elly masih berada di luar kota dikarenakan ia berdinas di sana. Juga Ina yang kebagian tugas mengurus rumah. Namun semua yang berada di ruang kamar Om tetap ramah menyambut kedatangan saya. Juga cucu-cucu Om dan Tante ada di sana.

Vani yang kemudian menemani saya mengobrol di luar kamar. Kami memang sudah lama nggak ketemu. Vani berdinas di Toraja. 

Selang beberapa hari kemudian, Om Duma berpulang. Saya dan adik saya melayat ke rumah duka, di pemukiman yang asri yaitu Perumahan Dosen Unhas. Di sana sudah penuh dengan karangan bunga dan pelayat. Kami juga bertemu dengan kerabat keluarga lainnya.

Setelah jasad Om Duma dishalatkan di masjid komplek perumahan, lalu kami semua mengantar ke tempat peristirahatannya yang terakhir di Pekuburan Unhas Patte'ne. Saya menyaksikan banyak sekali yang turut mengiringi.sampai ke pemakaman.

Ada seorang ibu paruh baya, sejak kami masih berada di depan rumah alm. Om Duma sampai kami semua tiba di pemakaman, ibu itu selalu ada. Ibu ini merasakan kehilangan yang teramat sangat karena alm. Om Duma semasa hidupnya selalu menyantuni ibu ini. Ibu ini sebagai petugas kebersihan di dekat rumah alm. Om Duma.

Prof. Duma adalah seorang muslim sejati yang taat. Tante memeluk agama Katolik. Om dan Tante hidup rukun dan harmonis dalam perbedaan keyakinan maupun ras. Keluarga ini sangatlah demokratis satu sama lain. 

Bahkan mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri. Hidup beliau pun didedikasikan sepenuhnya untuk mendidik generasi bangsa. Sekalipun beliau didera sakit penyakit karena faktor usia, namun semangat mengajarnya tidak pernah padam. Beliau sangat dekat dengan mahasiswa-mahasiswanya dan tidak pernah mempersulit mereka semua.

Masih banyak lagi cerita semasa hidupnya Prof. Duma. Saya berterima kasih kepada Vani yang sudah membagikannya. Kiranya bisa menjadi cerminan antar generasi dan keluarga dalam keberagaman.

Saya sudah memuat artikel tentang Prof. Duma dari sisi keluarga di Kompasiana. Bisa dikatakan sebagai biografi singkat. Terlambat sekian bulan untuk menyelesaikannya dikarenakan kesibukan saya selama di Makassar mengurus ibu.

"Benih yang baik tak memilih tanah". Tidak ada penyesalan jika kita  terus berbuat baik walau seberat apapun masalah yang kita hadapi. Karena pada dasarnya saat kita mampu berbuat baik pada orang lain, kita sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri.

Beristirahatlah dengan tenang, Profesor. Indonesia bangga memiliki figur pengajar sepertimu. Teladanmu akan terus abadi sepanjang masa.

#unhas
#fakultasteknikunhas
#silvaniduma
#profdumahasan

Komentar