Ulat Jerman Sebagai Bahan Baku Minyak Goreng



Tim mahasiswa dari Universitas Brawijaya, Malang mengukir prestasi melalui inovasi produksi minyak goreng dari bahan baku ulat Jerman. Mereka mengikuti kompetisi Thought for Food yang diselenggarakan di Swiss pada tahun 2016 dan mereka berhasil meraih juara dua. Sebuah prestasi yang cukup membanggakan.

Mereka tergabung dalam proyek Biteback dengan tema Insect as Cooking Oil. Proyek ini memiliki tujuan untuk mengurangi penggunaan minyak goreng berbahan baku kelapa sawit. Akhir-akhir ini sering terjadi masalah pembakaran hutan di beberapa daerah untuk membuka lahan kelapa sawit. Proses membuka lahan dengan membakar hutan adalah metode tercepat namun tidak bertanggung jawab karena merusak lingkungan dan efek asap pembakaran sangat buruk bagi kesehatan manusia.



Bisa dikatakan minyak goreng ini jauh lebih sehat dan memiliki kandungan nutrisi yang tinggi serta ramah lingkungan.

Tim mendapat kesempatan untuk mengembangkan bisnis di Eropa dan hasil inovasi ini menarik perhatian enam perusahaan untuk bekerja sama. Selain itu tim juga melakukan kerja sama uji coba dengan perusahaan besar di Indonesia yang sejak lama menggunakan kelapa sawit sebagai bahan bakunya.



Selain diolah menjadi minyak goreng, ulat Jerman bisa diolah menjadi mentega. Dari rasanya yang gurih (bahkan sejak masih berbentuk ulat) tidak akan ada yang menyangka bahwa minyak dan mentega bisa dihasilkan dari jenis serangga ini.


Keunggulan minyak goreng ini :

1. Kandungan lemak yang sehat
2. Rendah kolesterol
3. Kandungan omega 3 yang tinggi

Budidaya ulat Jerman pun sangat mudah, murah, dan efisien. Jika tidak punya lahan, bisa menggunakan satu kamar kosong di rumah untuk beternak.

Di masa mendatang, minyak goreng ini akan mengambil porsi pasar yang cukup signifikan. Hasil penelitian di berbagai negara terbukti bahwa minyak goreng yang berasal dari beragam bahan baku semakin meningkat angka produksi dan penjualannya. Karena makan tanpa gorengan, rasanya kurang afdol.

Di negara-negara Asia, menjelang hari raya, kebutuhan minyak goreng makin meningkat lagi. Istilah lainnya : high demand. Tahun ini kebutuhan minyak goreng kemasan di seluruh Indonesia berkisar antara 1,1 juta ton. Sedangkan minyak goreng curah bisa menembus angka 3,5 juta ton. Dari informasi ini, nyata sekali peluang yang cukup besar untuk pemasaran minyak goreng berbahan baku ulat Jerman. Tinggal membiasakan masyarakat untuk mulai mengkonsumsinya secara bertahap sampai akhirnya bisa diterima dan dipasarkan tanpa ada kendala.

Belum ada informasi terkait harga penjualan perliter dan berapa banyak kapasitas yang mampu diproduksi secara maksimal.

Setidaknya, inovasi dari tim Universitas Brawijaya sudah memberi kontribusi yang besar untuk menyelamatkan lingkungan serta mendukung pola hidup yang sehat.


Salam blogger,
Merry

Komentar