Traditional Spices Go International


Masakan apapun itu, jikalau tanpa bumbu pasti kurang sedap rasanya. Kita patut bersyukur dan berbangga karena negara kita tercinta ini kaya akan bermacam-macam bumbu. Bumbu yang sejak jaman dahulu kala telah menarik bangsa lain untuk datang menjajah sejak abad ke-15. Bumbu tradisional Indonesia alias rempah-rempah memang begitu tersohor dan sudah sukses menembus pasar berbagai negara.

Iklim sangat mendukung kesuburan tanaman rempah-rempah. Di lahan terbatas pun, rempah-rempah berjenis rimpang akan tumbuh subur dan menjalar tanpa batas. Bisa dipanen kapan saja.

Saya begitu menikmati penampilan aneka bumbu dalam kemasan dan label yang menarik di Trade Show ke-32 yang berlokasi di ICE BSD. Rasa boleh tradisional, tetapi kehebatan bumbu kita adalah sudah Go International. Tak hanya sebagai bumbu dapur saja, rempah-rempah ini berkhasiat sebagai obat yang mujarab.

Gula aren versi kemasan modern dan tradisional

Misalnya ketika datang bulan, saya akan mengkonsumsi jamu kunyit asem buatan sendiri. Selain berfungsi sebagai pembersih, penambah darah, juga untuk melangsingkan perut. Jika dahulu saya masih menggunakan kunyit segar, sekarang ini kan sudah modern. Saya tidak repot lagi, tinggal menggunakan kunyit bubuk. Praktis sekali.

Kunyit memiliki fungsi lain untuk kesehatan kulit dan antibiotik alami serta antioksidan yang ampuh melalui zat kurkuminnya. Bahkan kurkumin mampu menghancurkan sel-sel kanker di dalam tubuh.

Teman saya yang berada di Kanada sering mengirimkan e-mail berupa artikel seputar penyakit kanker yang dibahas secara detail oleh Ty Bollinger yang melibatkan praktisi kesehatan dan survivor sebagai narasumber. Kesimpulannya Ty Bollinger sangat merekomendasikan obat herbal sebagai media penyembuh yang alami. Semua riset ini awalnya berdasarkan pengalaman pribadi Ty.

Tak hanya Ty Bollinger, masih banyak lagi sumber di banyak negara yang sudah membuktikan keampuhan rempah-rempah sebagai obat alami. Pola back to nature sudah menjadi tren gaya hidup sehat masa kini. Dan itu pilihan.

Resep minyak esensial sebagai pengobatan kuno yang ampuh ditulis oleh Dr. Josh Axe, Ty Bollinger, dan Jordan Rubin

Ketika batuk, saya akan mengkonsumsi teh jahe atau parutan kencur. Terkadang saya membuat teh sereh sebagai minuman penyegar di sore hari. Saya lebih memilih gula aren untuk pemanis.

Tubuh saya lebih banyak menolak obat-obatan berbahan dasar kimia. Solusi terbaik adalah rempah-rempah baik sebagai pencegahan maupun pengobatan penyakit yang dikenal sebagai obat herbal.

Saya senang memberikan oleh-oleh bumbu dapur instan untuk teman-teman yang akan berangkat ke luar negeri. Beberapa dari mereka adalah orang asing yang menyukai masakan saya dengan bumbu tertentu racikan sendiri. Sekalipun bumbu tidak lengkap, saya tetap mampu menghasilkan hidangan yang lezat. Disinilah peranan penting bumbu tradisional.

Bumbu masak dalam kemasan tabung kaca dan plastik yang menarik

Bumbu dapur segar

Bumbu segar adalalah bahan utama pembuatan bumbu instan dan bumbu kering. Saya melihat cabai dan aneka bawang juga tampil di pameran. Cabai dan bawang putih sudah tersedia dalam bentuk bubuk. Lebih praktis dan kekinian. Level pedas cabai bubuk bisa disesuaikan dengan selera.  Sekalipun bukan pencinta makanan pedas, tetapi cabai wajib ada dalam daftar bumbu favorit saya.

Beragam bumbu dari negara tropis

Akhir kata, saya begitu menikmati pameran ini. Kehadiran rempah-rempah memberikan nuansa yang berbeda. Ide yang sangat baik dengan mengikutsertakan rempah-rempah asli Indonesia agar semakin dikenal dunia dan generasi sekarang ini.

Bumbu produksi UKM dan pabrik besar berasal dari bahan baku pilihan yang diolah dengan cara higienis. Traditional spices go international. 


Salam blogger,
Merry

Komentar