Banyak yang masih belum mengetahui betapa indahnya kota yang bernama Sorowako. Posisi Sorowako terletak di Kecamatan Nuha, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Dan sebetulnya juga berbatasan dengan Sulawesi Tengah.
Awalnya selama puluhan tahun tertulis sebagai : Soroako. Saya pribadi lebih setuju dengan nama Soroako karena ini adalah nama yang disepakati bersama oleh para pendiri lokasi ini sebagai area pertambangan nikel dengan orientasi ekspor. Sebuah nama yang sangat bersejarah dan selalu berkesan. Sampai saat ini Sorowako adalah tempat berkumpulnya para ekspatriat juga pekerja lokal dari berbagai wilayah di Indonesia.
Bahasa lokal setempat sangat khas, campuran antara aksen Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. Tetap dengan bahasa Indonesia hanya saja terdengarnya agak berbeda.
Backpackers sejati, Sorowako wajib dicatat dalam traveling list kalian. Selain alamnya yang indah, ada beberapa jenis flora dan fauna yang hanya bisa ditemukan di sini. Guest house, homestay, dan berbagai penginapan sudah tersedia.
Sebelum disebut sebagai kota, Sorowako dulunya adalah desa dengan tampilan modern karena campur tangan perintis pabrik nikel diantaranya adalah PT Inco Tbk. Sekarang pengolahan nikel sudah diambil alih oleh PT Vale Indonesia Tbk.
Untuk mencapai Sorowako, bisa menggunakan pesawat dari bandara Sultan Hasanuddin di Makassar atau lewat jalur darat dengan menggunakan bis AC dari Makassar. Untuk jalur darat lamanya perjalanan adalah semalaman.
Jalan Poros di Luwu Timur |
Salah satu ikon Sorowako yang tersohor adalah Danau Matano. Danau ini merupakan danau tektonik dengan panjang 28 km dan lebar 8 km serta merupakan danau terdalam se-Asia Tenggara (sekitar 590 m) dan sebagai danau nomor 8 terdalam di dunia.
Mata air yang muncul dari dasar danau kita temukan di Danau Matano. Proses alam sekitar 4 juta tahun yang membuat patahan dan lipatan kerak bumi terisi air dan membentuk danau ini.
Tidak salah jika dijadikan lokasi diving, berenang, berlayar, kompetisi, fotografi, dan festival alam. Bagi yang hobi berenang, pasti betah berjam-jam di danau ini. Jembatan kayu dan pondok-pondoknya sudah disiapkan dengan sangat rapi dan terencana.
Danau Matano dengan jembatan kayunya |
Berenang dan meloncat dari ketinggian |
Bersalto |
Katinting sebagai sebutan untuk perahu kayu bermotor |
Jembatan kayu dan hutan di sekeliling danau |
Lokasi danau yang lain |
Pantai Kupu-Kupu |
Berolah raga kayak |
Matano Yacht Club |
Diving untuk menikmati keindahan di dasar Danau Matano |
Panorama Danau Matano dari Grand Mulia Hotel |
Tornado di Danau Matano |
Fenomena alam yang sesekali muncul adalah angin tornado di Danau Matano. Biasanya saat cuaca sedang tidak bersahabat. Pelangi setelah hujan usai pun pasti kerap kali muncul. Mata kami terbiasa dimanjakan dengan pemandangan alam yang luar biasa.
Dasar danau yang jernih dengan akar pohon bakau |
Dasar danau dengan pasir dan kulit kerang |
Kami para alumni Sorowako rata-rata bisa berenang karena termasuk dalam mata pelajaran olah raga. Kegiatan ini selalu menjadi favorit saya karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk berenang sambil merasakan dekatnya kita dengan alam, juga airnya yang jernih dan tidak asin. Dulunya dari rumah saya untuk mencapai lokasi ini, kalau tidak diantar almarhum papi, saya dan adik-adik akan berjalan kaki sejauh 2 km lebih dengan melewati sawah dan padang golf. Ini kalau hari libur saja. Tak heran jika kulit kami menjadi hitam legam dengan postur tubuh yang atletis. Oh ya, mobil dinas almarhum papi yang paling keren adalah truk 4WD, ciri khas area pertambangan. Kami senang duduk di bak belakang.
Memakai baju renang model swimsuit mungkin sampai sekarang akan sulit dijumpai kecuali jika yang mengenakan adalah para wanita bule yang berenang di Yacht Club atau di bagian danau yang bernama Salonsa untuk kalangan atas dan lebih jauh posisinya. Jadi jangan kaget jika melihat para perenang umumnya memakai pakaian lengkap.
Yang saya ingat, ketika duduk di bangku SMA YPS Soroako, lokasi sekolah dekat sekali dengan danau dan perumahan. Istirahat siang, saya dan teman-teman akan menghabiskan waktu berkeliling hutan atau makan siang sambil merendam kaki di danau. Bagian danau ini diberi nama Pantai Ide karena lokasinya di dekat perumahan Kompleks D.
Saat berenang di Yacht Club, karena terlalu asyik menyelam sampai ke tengah, tiba-tiba saya tidak bisa menemukan dasar danau. Seakan-akan saya memasuki jurang dan airnya berubah kehijauan. Nafas saya menjadi sesak, mungkin karena sebetulnya saya sedikit phobia terhadap kedalaman. Untuk kegiatan berenang dan menyelam, saya hanya memakai kaca mata renang saja, tanpa alat bantu pernafasan. Kejadian tersebut tidak membuat saya trauma sama sekali karena saya lebih memilih untuk terus menjelajahi keindahan Danau Matano selama saya masih sanggup.
Di Pantai Ide, tidak ada masalah seperti itu. Hanya saja airnya menjadi keruh karena bercampur lumpur dan pasir jika perenang terlalu lama menginjak-injak dasar danau. Masalah seperti ini hanya di bagian danau dengan kedalamannya kurang dari 150 m. Kedalaman diatas itu tidak ada masalah karena semua perenang harus mengapung.
Saya senang menyelam ke bawah jembatan karena bisa menemukan aneka kepiting dan ikan air tawar yang cantik warnanya. Sesekali saya mengambil kerang dan siput untuk dimasak.
Ikan buttini |
Ikan buttini hanya ditemukan di Danau Matano. Ikan ini termasuk spesies ikan purba. Penduduk menangkapnya untuk dikonsumsi. Daging ikan ini sangat gurih walaupun hanya dicampur bumbu seadanya.
Buah dengen |
Buah dengen dapat dijumpai di sekeliling danau. Pohonnya berdaun tebal dan berukuran lebar. Warna buah dengen sangat cantik yaitu kuning cerah mengkilat. Buahnya terbungkus kulit hijau berlapis. Rasa buahnya kecut sekali. Wanginya khas. Bisa dibuat jus.
Buah foetida atau bi'bi' |
Buah kuning bulat ini kami sebut buah bi' bi'. Kalau sudah matang warnanya kuning. Isinya manis seperti markisa. Buahnya terbungkus lapisan kulit seperti jaring-jaring. Wanginya khas. Pohonnya menjalar. Saya selalu merindukan buah bi' bi' walaupun kata teman-teman sekolah itu adalah makanan ular. Entah benar atau tidak.
Kalau berjalan-jalan di hutan, maka sangat wajar kalau menemukan pohon rotan dan kantung semar. Beberapa komplek perumahan sangat dekat dekat dengan hutan. Terkadang ada ular dan biawak.
Walaupun pertambangan nikel sudah beroperasi selama puluhan tahun, bagusnya karena program serta kegiatan reboisasi juga tetap dijalankan sehingga Sorowako tetap hijau. Ini adalah surga dunia bagi yang sudah pernah datang ataupun tinggal di sana.
Kami juga melakukan kegiatan hiking saat masih bersekolah ataupun saat libur. Selain Danau Matano, ada Gua Tengkorak, gua tempat menguburkan leluhur penduduk Soroako sesuai dengan kepercayaan kuno pada waktu itu. Selain tulang belulang manusia, juga ditemukan beragam peralatan kuno yang bersejarah.
Pada tahun 90an, kami melakukan hiking dan masuk ke gua ini. Kami menemukan tulang belulang manusia, misalnya tulang kaki berukuran panjang. Juga pecahan piring keramik bahkan ada kulit kerang. Bagaimana bisa kulit kerang bisa sampai ke pegunungan? Jutaan tahun lalu bagian pegunungan ini tertutup sepenuhnya oleh air. Pada masa itu Pulau Sulawesi bentuknya bukan seperti huruf K. Melalui proses alam yang cukup panjang, volume air menyusut dan menyisakan Danau Matano sampai sekarang.
Selain berfungsi sebagai lokasi penguburan masa silam, beberapa gua yang ada juga menjadi tempat persembunyian rakyat saat terjadinya pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan.
Kami menaiki gunung dengan susah payah. Namun begitu turun gunung, kami lebih kepayahan lagi sehingga solusinya adalah ngesot berama-ramai saja. Akibatnya bagian belakang celana kami kotor semua, penuh dengan tanah. Ha ha ha ha!!!!!
Sungai-sungai tersebar di beberapa titik. Kami sering menemukan tanah liat di tanjakan sungai. Saya punya teman dari Belanda yang khusus datang untuk meneliti kecapung. Pada musim tertentu kecapung akan muncul. Menurut informasi, adanya kecapung menandakan bersihnya udara di sekitarnya.
Saya pernah mengirimkan beberapa bangkai kecapung dengan ekor berwarna jingga tua dan biru tua. Pada waktu itu kiriman semacam ini masih aman melalui pos biasa. Menurut beliau, kecapung kiriman saya tersimpan di museum yang ada di Utrecht karena belum pernah ada jenis kecapung seperti itu sebelumnya.
Malam hari biasanya kami melihat sekumpulan kunang-kunang dan kami senang mempermainkannya.
Walaupun pertambangan nikel sudah beroperasi selama puluhan tahun, bagusnya karena program serta kegiatan reboisasi juga tetap dijalankan sehingga Sorowako tetap hijau. Ini adalah surga dunia bagi yang sudah pernah datang ataupun tinggal di sana.
Kami juga melakukan kegiatan hiking saat masih bersekolah ataupun saat libur. Selain Danau Matano, ada Gua Tengkorak, gua tempat menguburkan leluhur penduduk Soroako sesuai dengan kepercayaan kuno pada waktu itu. Selain tulang belulang manusia, juga ditemukan beragam peralatan kuno yang bersejarah.
Pada tahun 90an, kami melakukan hiking dan masuk ke gua ini. Kami menemukan tulang belulang manusia, misalnya tulang kaki berukuran panjang. Juga pecahan piring keramik bahkan ada kulit kerang. Bagaimana bisa kulit kerang bisa sampai ke pegunungan? Jutaan tahun lalu bagian pegunungan ini tertutup sepenuhnya oleh air. Pada masa itu Pulau Sulawesi bentuknya bukan seperti huruf K. Melalui proses alam yang cukup panjang, volume air menyusut dan menyisakan Danau Matano sampai sekarang.
Selain berfungsi sebagai lokasi penguburan masa silam, beberapa gua yang ada juga menjadi tempat persembunyian rakyat saat terjadinya pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan.
Kami menaiki gunung dengan susah payah. Namun begitu turun gunung, kami lebih kepayahan lagi sehingga solusinya adalah ngesot berama-ramai saja. Akibatnya bagian belakang celana kami kotor semua, penuh dengan tanah. Ha ha ha ha!!!!!
Sungai-sungai tersebar di beberapa titik. Kami sering menemukan tanah liat di tanjakan sungai. Saya punya teman dari Belanda yang khusus datang untuk meneliti kecapung. Pada musim tertentu kecapung akan muncul. Menurut informasi, adanya kecapung menandakan bersihnya udara di sekitarnya.
Saya pernah mengirimkan beberapa bangkai kecapung dengan ekor berwarna jingga tua dan biru tua. Pada waktu itu kiriman semacam ini masih aman melalui pos biasa. Menurut beliau, kecapung kiriman saya tersimpan di museum yang ada di Utrecht karena belum pernah ada jenis kecapung seperti itu sebelumnya.
Leaflet hasil penelitian kecapung oleh Frank Bos dan Marcel Wasscher |
Malam hari biasanya kami melihat sekumpulan kunang-kunang dan kami senang mempermainkannya.
Dulunya rumah kami sekeluarga di Jalan Merapi F88 |
Jalan Merapi F88 tempat kami menghabiskan masa kecil hingga remaja namun modelnya sudah dirombak total |
Ciri khas perumahan adalah menggunakan bahan kayu dan dicat berwarna warni. Dulunya bagian kolong rumah dibiarkan kosong. Pemilik rumah lalu merenovasi supaya memiliki ruang tambahan untuk disewakan atau ditinggali bersama anggota keluarga.
Kami dulu tinggal di Jalan Merapi F88. Terima kasih untuk Mbak Refly yang sudah mengirimkan foto bekas rumah kami dengan model yang sudah dirombak total.
Rumah ini terletak beberapa ratus meter di seberang landas pacu lapangan terbang, dipisahkan oleh dua jalan raya (bawah dan atas). Kami sering melihat bermacam-macam pesawat. Juga para ekspatriat yang berolah raga naik turun gunung. Yang terlihat dari jauh adalah kulit putih dan postur jangkung mereka.
Di pekarangan dan kebun rumah kami dulunya ada pohon kelapa, pohon coklat, pohon kersen, pohon mangga, pohon nangka, pohon nanas, pohon singkong, ubi jalar, jagung, kacang tanah, dan kacang mucuna bracteata. Juga ada kolam ikan mujair. Masa panen selalu menjadi masa yang berkesan karena kami anak-anak terlibat untuk memanen, memasak, dan memakan hasil panen. Sebuah kehidupan yang sangat alami. Selain tanaman yang bisa dipanen, di pekarangan depan saat itu ditumbuhi oleh pohon pinus yang buahnya bisa dijadikan hiasan pohon natal dan ada juga pohon cemara. Aneka tanaman bunga juga tumbuh dengan suburnya. Bahkan saya terbiasa memakan pucuk-pucuk tanaman yang masih muda. Misalnya pucuk daun kedondong yang rasanya asam dan segar. Ada lagi yang berdaun merah marun, entah apa namanya.
Kegiatan lain yang saya sukai adalah bersepeda ke rumah teman di Kompleks Sekuriti. Jaraknya beberapa km dari rumah. Enaknya lewat jalan raya beraspal di depan rumah. Di kompleks ini ada pohon beringin yang besar sekali dan saya senang mendengarkan suara jangkrik yang bersahut-sahutan.
Ada beberapa kota atau desa yang bisa disinggahi sebagai alternatif, misalnya Wasuponda, Wawondula, dan Malili. Atau bisa menyeberang dengan naik katinting ke pulau seberang.
Perumahan F |
Perumahan F |
Perumahan C |
Perumahan C |
Rumah D |
Perumahan D |
Perumahan D |
Old Camp dengan rumah yang sudah kosong |
Perumahan D |
Kalian pasti setuju kalau Sorowako adalah kota kecil yang mempesona. Ketenangan luar biasa akan kita dapatkan di sini. Juga udara yang bersih. Apalagi jika rerumputan habis dipotong. Baunya sangat khas. Country style banget. Antara rumah satu dengan lainnya ada jarak. Saya sangat merindukan rumah dengan pekarangan yang luas seperti di Sorowako dan uniknya tanpa dipagari. Kalau di perkotaan umumnya rumah tanpa pagar adalah tipe kluster yaitu berdempet satu sama lainnya. Sedangkan di Sorowako ini, rumah-rumah dibuat berjarak. Ada juga sih beberapa rumah yang memakai pagar di sini. Artinya sudah dimodifikasi karena aslinya perumahan di Sorowako itu tanpa pagar.
Pembuangan lahar nikel |
PT Vale Indonesia Tbk di malam hari |
Proses pembuangan lahar nikel juga memiliki daya tarik tersendiri. Pada malam hari api lahar menerangi langit. Area pabrik nikel juga bercahaya dengan terangnya saat malam hari.
Untuk menghemat pemakaian bahan bakar minyak, PT Vale Indonesia Tbk memfungsikan tiga PLTA yaitu Balambano, Larona (berfungsi sejak tahun 1979), dan Karebbe. Sumber tenaga berasal dari Danau Matano, Mahalona, dan Towuti. Air sebagai pembangkit listrik dialirkan melalui Sungai Larona. Smelter pabrik membutuhkan daya listrik yang cukup besar.
Sorowako sungguh beruntung memiliki bonus-bonus alami seperti ketiga danau untuk pembangkit listriknya.
Bendungan PLTA Balambano termasuk indah pemandangannya. Selain pepohonan yang hijau dan langit cerah, di dalam bendungan ada banyak ikan bahkan buaya besar. Sesuai peraturan perusahaan, tidak diperbolehkan memancing di sini.
Bebatuan yang mengandung nikel ada yang berwarna keemasan dan kehijauan.
Sorowako mengekspor biji nikel olahan melalui Pelabuhan Balantang di
Malili, Luwu Timur dengan tujuan negara Jepang.
Lokasi lain yang wajib dikunjungi adalah :
Wallacea Sawerigading Mining Park
Lokasi lain yang wajib dikunjungi adalah :
Wallacea Sawerigading Mining Park
Di mining park ini kita akan melihat koleksi alat berat yang digunakan di area pertambangan. Operator yang menjalankannya juga terdapat kaum wanita. Jadi tidak hanya kaum pria saja seperti pada umumnya kita ketahui. Anoa sebagai hewan khas pulau Sulawesi juga dapat kita lihat di sini.
Crawler excavator | Foto dokumentasi blogger Nanie |
Highway dump truck | Foto dokumentasi blogger Heriyo Aditya |
Mata Air Bora-Bora dan Desa Matano
Untuk menyeberang ke Desa Matano, kita berangkat dari Dermaga Sorowako. Perjalanan ditempuh selama 1 jam. Saya jamin kalian akan sangat menikmati panorama yang indah selama perjalanan. Mata air Bora-Bora ada di sini. Menariknya dari cerita zaman dahulu, kalau mengucapkan kata Bora-Bora maka gelembung-gelembung akan muncul dari dasar kolam. Di tengah kolam ada batu besar bergambar bulan sabit. Lagi-lagi menurut cerita penduduknya, hanya keturunan raja yang mampu mengangkat batu itu. Kolam ini berfungsi untuk menampung air bersih untuk dikonsumsi oleh penduduk desa Matano.
Mata air Bora-Bora | Foto dokumentasi blogger My Adventure |
Air Terjun Matabuntu
Berjarak sekitar 30 km dari Sorowako, ada kota kecil bernama Wasuponda. Saya dilahirkan di sini. Ada air terjun yang sangat indah dengan nama Matabuntu atau Meruruno. Proses alam yang panjang menghasilkan 33 susun undakan air terjun. Ada 6 undakan yang paling tinggi.
Diperlukan waktu perjalanan selama 30 menit untuk mencapai lokasi air terjun Matabuntu. Posisinya di tengah hutan yang lebat menjadikan air terjun ini masih sangat alami.
Foto dokumentasi Luwu Raya |
Pesawat terbang meninggalkan Sorowako |
Birds-eye view by Dronestagram |
Selamat menjelajah di Sorowako dan sekitarnya. Manjakan mata kalian di kota yang saya rekomendasikan ini. Tidak semua lokasi pertambangan memiliki keindahan alam dan fasilitas seperti di sini.
Salam blogger,
Merry
PS : Foto-foto diambil dari berbagai sumber
Komentar
I love nature...
Air jernih dan fresh....👍👍👍