Indahnya masa kecil dan remaja era 80 dan 90an. Buku cerita selalu hadir menemani hari-hari kami. Banyak yang menjadi favorit bahkan sampai difilmkan segala. Penulis, penjual, dan pemerannya kebagian untung besar dari bisnis ini. Terkenal? Sudah pasti.
Semua kisah yang ditulis rata-rata khayalan semata. Sejak kecil hingga tamat sekolah menengah atas, saya tinggal di Sorowako. Saat itu lokasi ini bisa dibilang terpencil. Belum tentu semua orang tahu tentang Sorowako (dulunya tertulis : Soroako) walaupun ada tambang nikel berskala internasional di sana.
Karena jauh dari hiruk pikuk perkotaan, hiburan untuk kami sangat terbatas. Selain film serial Unyil yang selalu kami tunggu setiap hari Minggu pagi, kami cukup terhibur dengan permainan tradisional dan bermacam-macam buku.
Perpustakaan sekolah menyediakan banyak sekali buku cerita. Para orang tua juga berinisiatif berlangganan majalah Bobo atau Ananda untuk anak-anaknya.
Satu hal yang masih melekat di benak saya hingga saat ini adalah bau kertas buku saat membaca. Sebelum membaca, terlebih dulu saya akan mengendus-endus lembaran kertas buku. Kebiasaan yang saya akui lumayan aneh. Barangkali inilah faktor yang lantas membuat saya keranjingan membaca. Efek aromaterapi kertas buku, he he he.
Porsi buku cerita impor yang sudah diterjemahkan, lebih banyak jumlahnya dibanding buku cerita lokal.
Cerita favorit yang menjadi best sellers adalah :
1. Lima Sekawan
Judulnya banyak sekali. Dikarang oleh Enid Blyton, pengarang cerita anak-anak yang berasal dari Inggris. Enid sangat produktif. Buku-bukunya selalu laris seantero dunia. Sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 1930 hingga kini sudah terjual lebih dari 600.000.000 copy.
Kisah Lima Sekawan ini aslinya berjudul The Famous Five. Sudah difilmkan dalam berbagai versi tayangan. Tokoh utamanya : Julian, Dick, Anne, dan George beserta seekor anjing cerdik bernama Timmy. Unsur ceritanya adalah petualangan dan detektif.
Gramedia memiliki andil besar dalam mendistribusikan kisah Lima Sekawan di Indonesia. Belum dibaca isi ceritanya, melihat gambar sampul dan judulnya saja, cukup sukses membuat kami penasaran. Saya merasa kehilangan momen jika harus mencicil bacaannya.
Buku karangan E.B. White yang juga menulis cerita Stuart Little. Saya mendapat buku ini ketika berkunjung ke Jakarta saat liburan sekolah. Karena tidak selesai dibaca di Jakarta, saya lanjutkan membacanya sampai tuntas di Sorowako.
Ceritanya mengandung unsur persahabatan dan tolong menolong. Ceritanya berlatar belakang peternakan dengan beraneka ragam ternak. Tokoh utama : Wilbur seekor babi kecil, Fern seorang gadis kecil yang pendiam namun memiliki kelebihan yaitu mengerti bahasa hewan, dan Charlotte seekor laba-laba.
Guratan gambar ilustrasi cukup sederhana. Kekuatannya ada di alur cerita. Kadang lucu, kadang menegangkan. Semuanya membuat saya terkesan dan tidak begitu saja melupakannya setelah sekian puluh tahun.
3. Rumah Kecil di Padang Rumput
Novel otobiografi yang ditulis oleh Laura Ingalls Wilder berdasarkan kisah nyata. Diterbitkan pertama kali pada tahun 1935. Judul aslinya : Little House on the Prairie. Laura menulis kehidupan masa kecilnya sampai dewasa di Amerika jaman dulu. Bagaimana mereka hidup berpindah-pindah. Ada sekian kali mereka didatangi segerombolan orang Indian yang kelaparan, mengambil barang-barang dan persediaan makanan keluarga ini.
Tokoh utama : Pa (Charles Ingalls), Ma (Caroline Ingalls), Mary Ingalls, Laura Ingalls, Carrie Ingalls. Anjing bulldog mereka yang setia bernama Jack juga ikut diceritakan disini.
Salah satu tokoh antagonis adalah Nellie Oleson, teman sekolah Laura. Nellie anak orang orang kaya. Memiliki seorang adik laki-laki bernama Willie Oleson. Ciri khasnya adalah rambut pirang yang dikeriting pipa. Ada juga saudara angkat Laura bernama Albert.
Saya selalu tak sabar menunggu serial Laura ditayangkan setiap hari Minggu sore. Saya senang melihat rumah kayu, perapian, kuda, gerobak yang mengangkut keluarga Ingalls, dan gaun-gaun klasik yang dipakai pemerannya (sangat anggun sekali). Juga bangunan sekolah yang sederhana. Adegan para pria yang bertugas menebang pohon untuk membangun rumah atau memotong kayu bakar untuk persediaan rumah tangga. Sebuah kehidupan yang sederhana dan wajar pada saat itu. What a country life.
Lalu perhatian saya tertuju kepada pemeran Albert (Matthew Laborteaux). He is something for every girl.
Lalu perhatian saya tertuju kepada pemeran Albert (Matthew Laborteaux). He is something for every girl.
Para pemeran serial ini pernah mengadakan reuni setelah puluhan tahun berpisah. Selama masa syuting, mereka menjadi seperti keluarga.
Kisah Laura Ingalls sangat inspiratif. Nilai kekeluargaan, persahabatan, kebaikan yang senantiasa menonjol. Juga nilai perjuangan dengan terbatasnya fasilitas saat itu. Baik buku dan filmnya memiliki kekuatan tersendiri dan selalu berkesan.
4. Dongeng Karya Grimm Bersaudara
Jacob dan Wilhem Grimm adalah dua bersaudara dari Jerman yang sukses meramu cerita dongeng untuk anak-anak dan cerita rakyat yang begitu mendunia.
Snow White, Rapunzel, Cinderella, Hansel dan Gretel, adalah beberapa kisah dongeng yang mereka tulis ulang hingga populer. Pengalaman saya, membaca dongeng karya Grimm bersaudara, seolah membawa saya berada di negeri dongeng.
Dari buku lalu dituangkan dalam bentuk film. Kami tidak pernah bosan membaca dan menontonnya.
5. Komik Serial Nina
Ini serial keren yang menjadi favorit dan bacaan wajib para gadis saat itu. Gadis-gadis dengan beragam nama diceritakan berjiwa petualang dan menjadi detektif untuk menguak sebuah misteri. Mereka tidak mudah menyerah dengan segala kesulitan dan bahaya. Kadang juga mereka melakukan tindakan konyol.
Saya pernah melihat komik Nina secara fisik di penjual buku tua di ITC Plaza Semanggi. Saya suka dengan ilustrasi kartunnya yang keren. Juga alur ceritanya yang menegangkan dan membuat penasaran.
6. Kumpulan Dongeng Menjelang Tidur
Buku ini berisi bermacam-macam cerita dongeng yang ditulis oleh Enid Blyton. Saya dan adik-adik mendapat buku ini dari orang tua kami sebagai hadiah naik kelas saat berlibur ke Jakarta. Saking senangnya, buku dongeng kami baca saat hari terang. Jadi tidak sesuai lagi dengan judulnya. Saya bisa membacanya berulang-ulang.
Dongengnya mengenai anak-anak, peri, dan binatang. Ceritanya hidup karena gambar ilustrasi yang ditempatkan di setiap halaman.
7. Pak Janggut
Cerita dongeng Pak Janggut kami kenal dari majalah Bobo. Ciri khas Pak Janggut adalah baju hijau lumut ala kurcaci, buntelan ajaib, perut buncit, rambut dan janggut putih. Pak Janggut adalah lambang kebaikan.
Komik Pak Janggut berasal dari Belanda berjudul Douwe Dabbert. Dikarang oleh seniman berbakat yaitu Piet Wijn dan penulis Thom Roep. Gambaran Pak Janggut melekat kuat di ingatan saya, sekalipun detail ceritanya tidak saya ingat lagi. Guratan kartun Piet Wijn sangat berkarakter. Makanya saya tidak gampang lupa sama Pak Janggut.
Teman Pak Janggut adalah seekor burung dodo. Musuhnya adalah Ludo Lapart.
Di majalah Bobo, cerita Pak Janggut dibuat bersambung sehingga kami selalu penasaran saat menanti sambungan cerita selanjutnya.
Ada dua puluh tiga komik mengenai Pak Janggut.
Demikian flashback saya mengenai buku cerita jadul. Semoga membawa kenangan manis bagi yang menjadi alumni angkatan 80 dan 90an.
Salam blogger,
Merry Gabriella
Komentar