Ajakan Untuk Mempertahankan Budaya Membaca


Membaca sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Puluhan tahun lalu buku, majalah, dan koran masih menjadi primadona di berbagai belahan dunia. Saat menonton televisi, kita tidak hanya sekedar menonton dan mendengarkan. Ada informasi yang ditampilkan pada tayangan yang harus kita baca juga. Misalnya nama artis, tanggal dan waktu kejadian perkara, tayangan selanjutnya, lokasi wisata, dan lain-lain.

Dengan perkembangan teknologi pada masa sekarang ini, terjadilah pergeseran dimana orang lebih berminat membaca lewat media online. Media seperti buku, majalah, dan koran masih tetap ada, tetapi pembacanya tidak sebanyak puluhan tahun silam.

Sedangkan buku pelajaran tetap menjadi acuan wajib bagi anak-anak sekolah dan mahasiswa untuk mendukung kegiatan belajar.

Saya pribadi pernah melihat himbauan dari pemasang iklan di media online dimana pemasang iklan secara tegas menghimbau pelihat iklan dengan menuliskan "Biasakan budaya membaca. Bacalah iklan ini dengan teliti sebelum Anda menghubungi saya". Glek! Saya termenung sebentar. Himbauan ini mengingatkan saya pada beberapa kasus. Ya, saya juga sering memasang iklan online penjualan barang dan sering pula mendapat pertanyaan dari pelihat iklan yang sebetulnya adalah pertanyaan yang tidak perlu sebab informasi iklan sudah saya sajikan dengan sangat detail. Bahasanya pun adalah Bahasa Indonesia. Namun mereka seolah tidak membacanya dengan teliti. Cara tercepat memperoleh jawaban adalah dengan bertanya. Tidak salah memang. Tetapi saya jadi berpikiran orang-orang tersebut bukan orang yang teliti, lebih sering terburu-buru, atau malas.


Banyak membaca memiliki segudang manfaat

Kasus lain yaitu saat menjalankan profesi saya sebagai perekrut tenaga kerja. Iklan dan persyaratan  sudah saya tuliskan sejelas-jelasnya. Filter iklan pun sudah saya fungsikan berikut pesan penting untuk tidak mengirimkan lamaran jika tidak mampu memenuhi persyaratan tertulis. Namun tetap saja para pelamar yang tidak memenuhi syarat berlomba-lomba mengirimkan lamarannya. Saya memahami urgensi untuk memperoleh pekerjaan. Tetapi bukan ini cara yang tepat agar dilirik calon pemberi kerja. Kunci untuk membaca tayangan iklan tidak diterapkan dengan sebaik-baiknya. Bagaimana kalau nanti harus memegang pekerjaan yang rumit?

Tulisan ini sebagai bentuk keprihatinan saya dengan lunturnya budaya membaca yang baik dan benar oleh sebagian besar kalangan.

Saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang beruntung, pernah merasakan membaca aneka buku beragam topik. Dari "kelas ringan" sampai "kelas berat". Kesannya banyak sekali dan sekarang masa itu sulit saya temui lagi. Karena saya beraktifitas lebih banyak menggunakan laptop dan android.

Buku dongeng saat masih anak-anak, komik, buku berseri tentang kisah nyata, buku sejarah, buku ilmu pengetahuan, kamus berbagai bahasa, koran, majalah, buku manual mesin, buku manual barang elektronik adalah makanan sehari-hari puluhan tahun silam. Memori saya masih menyimpan sebagian besar cerita dari buku bacaan lama.

Hal kecil saja. Contohnya buku dongeng. Dengan ilustrasi yang sederhana, namun mengesankan dan alur cerita yang selalu membuat penasaran, membuat gembira, atau bahkan bisa menjadikan saya sedih adalah bukti kedahsyatan sebuah karya tulis didukung oleh minat membaca saya. Saya selalu antusias ketika memegang buku bahkan rela menunggu berjam-jam sampai perpustakaan dibuka oleh guru sekolah.

Ngomong-ngomong soal perpustakaan, sudah lama saya tidak menyentuh yang namanya perpustakaan. How I miss my sweet days, spending hours in the library. Terakhir saya berkunjung ke perpustakaan yang "serius" yang dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum di Kebayoran, Jakarta Selatan. Kalau tidak salah ingat, sekitar tahun 2011 atau 2012. Saat itu saya menemani manager saya mencari buku yang berkaitan dengan proyek. Di perpustakaan tersebut banyak sekali buku termasuk buku-buku tua berukuran besar dan tebal warisan jaman kolonial. Menurut petugas perpustakaan, buku-buku tua tersebut masih relevan ilmunya dengan masa sekarang. Wow!

Saya mencoba mengambil beberapa foto. Namun sungguh sayang, kamera pada handphone Blackberry Gemini saya tidak begitu bagus kualitasnya saat cahaya lampu di ruangan sedang terbatas.

Mengumpulkan ide, menulis, menggambar, dan menyajikan sebuah karya adalah proses yang tidak instan. Saat membaca, ya kita tinggal membaca dan mengambil pesan positif dari bacaan tersebut. Tidak sulit. Hanya perlu menyediakan waktu saja. Tempat, menurut pengalaman saya, tidak menjadi masalah asalkan tempatnya aman. Bacaan bisa dari berbagai media, termasuk media online yang sedang ngetren sekarang ini.

Dengan terbiasanya saya membaca, maka saya lebih banyak menemukan jawaban sendiri atau dari sumber-sumber terpercaya. Segalanya menjadi lebih terarah.

Imbas positif lainnya, saya menjadi lebih kreatif saat harus menulis untuk berbagai keperluan. Bahkan menjadi lebih kreatif saat harus berkomunikasi dengan orang lain dari berbagai negara. Jika sebetulnya saya adalah pribadi yang lebih suka berada di belakang layar, maka ada saatnya juga saya harus berdiri di depan umum. Otak saya akan menstimulan dan mengumpulkan beragam ide untuk disampaikan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Imbas lainnya, saya bisa menggambar karena meniru ilustrasi di buku dongeng atau komik yang ceritanya mengesankan. Imajinasi saya semakin berkembang dan saya tidak perlu lagi meniru seperti waktu awal. Disaat kepepet, ilmu menggambar saya ini bisa jadi andalan. Ya, kuncinya dari kebiasaan membaca dan mengingat plus kemauan.

Kalau membacanya asal-asalan, hasilnya terlihat dari cara berkomunikasi dan menulis. Apalagi di jaman yang serba instan ini. Misalnya membaca pesan instan dari banyak teman dan tidak fokus. Akibatnya bisa salah pengertian alias miskom.

Saya lebih suka membelikan buku-buku untuk dua keponakan saya di Berau, Kalimantan Timur. Kalau tidak menemukan buku yang cocok, maka sebagai gantinya adalah DVD film anak-anak. Dua jenis pemberian yang sederhana, namun edukatif. Mereka bisa memberikannya kepada teman-temannya.

Pilihlah sumber bacaan yang bermanfaat dan mampukan diri untuk menyaringnya sebelum membagikan atau share dengan orang lain. Karena sumber bacaan di dunia maya banyak yang tidak jelas alias hoax. Sulit sekali menertibkan penulis yang tidak bertanggung jawab.

Membaca di level yang lebih tinggi juga harus mengandalkan logika. Misalnya Anda tiba-tiba saja menerima e-mail dari orang yang tak dikenal yang menyatakan ingin berkenalan dengan gaya bahasa yang bombastis atau kita diundang bekerja di luar negeri dengan gaji fantastis. Informasi ini harus dicerna sebaik-baiknya. Jika tidak ingin membuang-buang waktu, abaikan saja karena ini adalah motif penipuan dunia maya alias scam.

Kecenderungan pelaku scam adalah mencari korban sebanyak-banyaknya. Sayangnya karena tidak fokus, asal menulis, asal membujuk, dan asal membaca, begitu calon korbannya adalah orang yang memiliki bakat untuk menyelidiki, mereka justru terperangkap dengan umpan mereka sendiri. Gampang saja mengecek kualitas mereka, tinggal tanyakan obrolan-obrolan sebelumnya. Mereka pasti asal menjawab atau pura-pura lupa. Ditengah-tengah kelemahan mereka ini, yang menjadi korban tidak sedikit jumlahnya. Bagaimana kalau saja mereka fokus mencerna semua informasi dari calon korbannya ya?

Semoga artikel ini memberi motivasi untuk meningkatkan budaya membaca. 


Salam blogger,
Merry

Komentar