Dianjurkan untuk terus mengembangkan keahlian yang kita miliki |
Di era sekarang ini sangat terasa kompetisi yang sangat ketat dan waktu pun berjalan dengan cepat karena faktor kemajuan teknologi.
Yang tidak mampu berkompetisi adalah mereka yang cenderung pasif serta tidak punya dorongan untuk mengembangkan skill/ keahlian dan potensinya. Faktor lain adalah karena sudah ada di zona nyaman. Atau bisa juga karena faktor usia serta kekuatan yang melemah sehingga sudah tidak memungkinkan lagi untuk berkompetisi dan menghasilkan sesuatu. Perlu dicatat faktor usia bukanlah sebuah penghalang karena saya pernah melihat seseorang dengan usia senja yaitu diatas 70 tahun namun masih aktif melakukan riset serta berkeliling dunia untuk mengajar. Bahkan up to date dengan social media.
Acuan saya membuat artikel ini karena saya melihat pentingnya pengembangan keahlian seseorang. Walaupun kita semua punya standar hidup, namun kenyataannya saat hidup terus berjalan, banyak hal terjadi di luar standar tersebut karena berbagai faktor penyebab (eksternal dan internal).
Sebagai manusia yang merupakan makhluk sosial, tidak bisa dilepaskan hubungannya dengan orang lain. Manusia saling berinteraksi dan membutuhkan.
Contoh keahlian misalnya memasak. Memasak bisa saja muncul dari sekedar coba-coba lalu menjadi hobi. Ditengah jalan pasti ada proses trial and error sampai ketemu formula dan metode yang pas yang akhirnya menghasilkan suatu makanan yang lezat. Saya yakin ketika memiliki keluarga, keahlian ini sangat diperlukan. Dari sekedar memasak, keahlian bisa dikembangkan lagi dibidang bisnis makanan dan merekrut tenaga kerja. Berkembangnya keahlian ini memiliki manfaat yaitu menambah sumber pemasukan keluarga serta membuka lapangan kerja. Bagaimana mungkin seseorang yang memiliki hobi makan namun tidak ada yang memasak. Ada yang berani membayar mahal untuk makanan kesukaannya.
Yang tidak mampu berkompetisi adalah mereka yang cenderung pasif serta tidak punya dorongan untuk mengembangkan skill/ keahlian dan potensinya. Faktor lain adalah karena sudah ada di zona nyaman. Atau bisa juga karena faktor usia serta kekuatan yang melemah sehingga sudah tidak memungkinkan lagi untuk berkompetisi dan menghasilkan sesuatu. Perlu dicatat faktor usia bukanlah sebuah penghalang karena saya pernah melihat seseorang dengan usia senja yaitu diatas 70 tahun namun masih aktif melakukan riset serta berkeliling dunia untuk mengajar. Bahkan up to date dengan social media.
Acuan saya membuat artikel ini karena saya melihat pentingnya pengembangan keahlian seseorang. Walaupun kita semua punya standar hidup, namun kenyataannya saat hidup terus berjalan, banyak hal terjadi di luar standar tersebut karena berbagai faktor penyebab (eksternal dan internal).
Sebagai manusia yang merupakan makhluk sosial, tidak bisa dilepaskan hubungannya dengan orang lain. Manusia saling berinteraksi dan membutuhkan.
Contoh keahlian misalnya memasak. Memasak bisa saja muncul dari sekedar coba-coba lalu menjadi hobi. Ditengah jalan pasti ada proses trial and error sampai ketemu formula dan metode yang pas yang akhirnya menghasilkan suatu makanan yang lezat. Saya yakin ketika memiliki keluarga, keahlian ini sangat diperlukan. Dari sekedar memasak, keahlian bisa dikembangkan lagi dibidang bisnis makanan dan merekrut tenaga kerja. Berkembangnya keahlian ini memiliki manfaat yaitu menambah sumber pemasukan keluarga serta membuka lapangan kerja. Bagaimana mungkin seseorang yang memiliki hobi makan namun tidak ada yang memasak. Ada yang berani membayar mahal untuk makanan kesukaannya.
Kalau ditarik mundur kebelakang, waktu yang dimanfaatkan untuk menjalani proses trial and error ternyata berbuah manis.
Saya pribadi memiliki beberapa keahlian. Untuk dunia kerja, saya menguasai satu bahasa asing serta memiliki keahlian berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Suatu hari saat masih bekerja sebagai admin di sebuah pabrik, saya mendapat permintaan dari teknisi mesin untuk menerjemahkan buku manual karena mesin tiba-tiba berhenti bekerja.
Bahasa asing pada buku manual saya bisa, namun istilah-istilahnya teknis. Beda dengan yang saya gunakan sehari-hari. Namun saya beranikan diri untuk coba menerjemahkan. Dan ternyata dari situ ada solusi. Mesinnya bisa berfungsi kembali. Saya dapat ilmu baru.
Atau ketika saya mendapat tawaran menjadi interpreter dari sebuah konsultan asing dari referensi teman. Saya tidak menyangka, ternyata materi training untuk diterjemahkan tingkat kesulitannya tinggi buat saya karena berhubungan dengan sistem komunikasi kapal laut dan pelabuhan. Waduh, gawat.
Sementara tidak ada lagi orang lain yang bisa menjalankan tugas itu dan besoknya saya dan rombongan Kementerian Perhubungan harus berangkat ke Cirebon di mana training akan diadakan. Ya sudah, saya modal nekad saja. Di kereta, masih ada waktu untuk mempelajari materi training.
Tiba di hotel sudah malam karena dari stasiun kereta api Cirebon, kami harus memeriksa persiapan training di pelabuhan lalu pergi makan bersama.
Besoknya adalah hari pertama training dan dibuka secara resmi oleh pejabat terkait. Setelah itu penderitaan saya dimulai. Trainer berasal dari Norwegia dan India. Saya mati gaya namun tetap berusaha. Sampai tibanya sesi coffee break. Saya lega luar biasa. Saya manfaatkan waktu yang singkat tersebut untuk ngobrol dengan peserta dari berbagai daerah dan minta mereka memberi saya masukan. Salah satu masukan berharga adalah bahwa saya tidak perlu repot-repot menterjemahkan dengan bahasa formal. ON OFF ya bilang saja ON OFF. Peserta sudah cukup paham karena itu yang dipakai sehari-hari di lapangan. Bukan terjemahan Indonesianya. Masukan ini membuat saya plong dan semangat. Sesi selanjutnya sampai hari ke-14 berjalan lancar dengan usaha mempelajari bahan training setiap malam sebelum istirahat. Saya dapat ilmu yang berharga.
Satu kejadian lagi yang tidak bisa saya lupakan di Cirebon, ketika ada permintaan dari Pak Kepala SRS untuk menyetel volume IP Phone di ruang server agar lebih keras lagi. Tidak ada satupun yang berhasil mengutak-ngatiknya. Saya coba cari caranya via Mbah Google, eh ketemu.
Saya bisa melakukan tugas purchasing, finance, admin impor yang kesemuanya berguna saat saya menjalankan bisnis konsultan. Saya menambahnya dengan keahlian survey properti serta keahlian mempersiapkan booth pameran. Saya juga menerima job pembuatan website. Singkatnya saya adalah seseorang yang multitasking. Saya dengan senang hati akan membagikan jurus-jurus melakukan pekerjaan multitasking dengan harapan bisa diambil manfaatnya.
Saya bisa melakukan tugas purchasing, finance, admin impor yang kesemuanya berguna saat saya menjalankan bisnis konsultan. Saya menambahnya dengan keahlian survey properti serta keahlian mempersiapkan booth pameran. Saya juga menerima job pembuatan website. Singkatnya saya adalah seseorang yang multitasking. Saya dengan senang hati akan membagikan jurus-jurus melakukan pekerjaan multitasking dengan harapan bisa diambil manfaatnya.
Saya pernah diundang acara dinner wisuda saudara. Satu ruangan restoran dipesan untuk acara tersebut. Dan rupanya ada acara karaoke. Dimanfaatkanlah momen ini oleh para kerabat yang senang menyanyi walaupun ada yang suaranya pas-pasan. Yang penting pede, berani, dan hepi. Tiba-tiba saya diminta untuk menyanyi. Jujur ini hal yang saya hindari. Saya tidak pernah tertarik bernyanyi di hadapan umum. Saya terus dipaksa sehingga lumayan membuat saya "tekanan batin" juga.
Apa hendak dikata, yah saya bersedia untuk maju. Saya menyanyikan beberapa lagu yang saya tahu. Saya refleksikan itu karena saya baru ingat, saya sering menyanyi di kamar mandi. Saya pernah belajar teknik vokal tapi tidak sampai selesai apalagi sampai ajang kompetisi (mimpi kali ye). Itu pun sudah sekian tahun yang lalu.
Kejutan buat semua, ternyata saya bisa menyanyi dengan baik. Caranya adalah membuka mulut lebar-lebar, menyesuaikan ekspresi, dan memberi tekanan pada perut serta menghayati lagu yang saya nyanyikan. Saya menyanyi dari dasar hati.
Sejak itu saya mengasah kemampuan saya secara otodidak dibidang olah vokal. Saya merasa enjoy sekali dan lebih rileks saat menghadapi masalah dan saya menyanyi.
Saya senang menjahit secara manual. Karena kesibukan tidak saya kembangkan lebih jauh. Namun saya merasa terbantu jika sewaktu-waktu harus memperbaiki pakaian yang rusak dengan cara menjahitnya. Atau membuat korden simpel desain saya sendiri. Saya belajar bersabar dan telaten dari hobi ini.
Saya juga senang memasak. Keahlian ini membuat saya punya banyak teman. Saya tidak ribet jika memasak. Saat tidak di dapur saya sendiri dan di depan mata hanya ada bahan-bahan yang terbatas, saya tetap bisa memasaknya dan disukai oleh yang memakannya.
Bahkan tanpa pernah kursus potong rambut, saya pernah untuk pertama kalinya memangkas rambut teman saya. Itu saya lakukan karena kami sudah keliling ke beberapa barber shop namun antrian masih panjang. Atau yang bertugas memangkas rambut sedang pergi. Saya cuma bermodalkan penglihatan saja dan memori saat teman-teman yang punya salon memangkas rambut kliennya. Syukurlah....a mission accomplished, happy ending. Saya kasih nama model pangkas rambutnya : asal yang punya rambut nggak komplain aja.
Teman-teman yang berprofesi makeup artist (MUA) pun terus mengembangkan keahliannya supaya bisa bersaing dan mendapatkan lebih banyak pelanggan.
Misalnya model alis mata wanita, hampir setiap beberapa tahun ada perubahan cara meriasnya. Termasuk sulam alis yang sebenarnya adalah tattoo alis non permanen.
Setelah merias dan menata rambut pelanggan, mereka upload foto-fotonya di social media. Lumayan eksisnya mereka dan ramai job.
Saya punya teman yang sekian puluh tahun bekerja di satu perusahaan sejak awal karirnya. Dia tidak punya keahlian selain bekerja secara standar dan sesuai jam kerja. Hidupnya cenderung pasif dan banyak membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat. Bahkan untuk menjelajahi daerah Jakarta pun dia merasa tidak penting. Dia akan merasa sangat depresi jika berhadapan dengan masalah. Saya selalu berpikir seandainya teman saya ini punya 1 hobi saja yang bisa ditekuni, pasti dia nggak akan seperti ini. Saya pernah berusaha memberi motivasi, sayangnya tidak dihiraukan.
Saya menghimbau agar kita semua terus mengembangkan keahlian kita. Apa saja yang kita sukai selama bermanfaat untuk dilakukan, niscaya hasilnya selalu yang terbaik. Usia produktif manusia ada batasnya. Kita nggak mau punya hidup yang nggak berkualitas kan? Ingatlah waktu hanya bisa dihabiskan. Tidak bisa diulang kembali. Jangan sampai menyesal pada akhirnya karena itu sudah pasti akan terlambat.
Salam blogger,
Merry
Komentar
saya setuju sama pendapat mbk Merry, terkadang banyak orng yang cuma fokus pada apa yang dia inginkan aja, contoh ketika dia pengen banget bisa jadi PNS atau kerja di perusahaan. Ketika memang sudah masuk, ya sudah.. males buat ngembangin potensi dirinya, males buat belajar, karena apa yang dia inginkan udah tercapai, yaudah... ngk ada tindak lanjut. padahal, seperti yang mbk Merry sebutkan dipostingan, bahwa hendaknya kita bisa memanfaatkan setiap kesempatan yang ada.. ketika ada kesempatan untuk belajar keahlian lain, kenapa enggak?... justru dengan belajar hal baru kita bisa dapat kesempatan lain yang lebih besar.